Cerita Guru
Saman kurang begitu tersiar dihalayak umum, khususnya bagi orang Batak
baik berada di kota maupun yang di huta. Kurang tau penyebabnya apa,
mungkin saja salah satu alasannya cerita yang konon adalah kejadian
nyata dari cerita pengakuan orangtua dulu, bahwa semua karakter Guru
Saman yang tidak manusiawi. Pembunuh, preman habis dan urak-urakan.
Mendengar nama Guru Saman, masyarakat begitu menyegani sekaligus sangat
membencinya. Banyak yang menghindar apabila melihat apalagi mendekati
Guru Saman, karena perbuatannya yang semena-mena jagoan inipun tidak
segan-segan untuk berbuat kasar bahkan membunuh semua orang yang dia
benci.
Guru Saman, dia adalah seorang turunan Lau Balang yang berasal dari Tanah Karo.
Semasa remajanya, Guru Saman belajar ilmu silat (moncak Batak), ilmu
kebal tikam dan ilmu hitam lainnya yang didapatkannya dari seorang guru
kebatinan. Setelah semua ilmu yang diajarkan gurunya dikuasai, mulailah
muncul niat Guru Saman untuk merantau meninggalkan tanah Karo menuju
Tanah Tapanuli. Dengan ilmu yang dia miliki membuat dirinya sangat
berani kemana saja dihendaki. Bahkan dengan ketenarannya pada saat itu
banyak orang yang mengandalkan Guru Saman sebagai pembunuh bayaran. Guru
Saman tidak akan pernah segan-segan untuk membunuh manusia, siapa saja
termasuk yang tidak disukai atau dibenci Guru Saman.
Hampir seluruh daerah Karo
di datangi sembari menujukkan kehebatannya kepada orang-orang. Merek dan
Saribu Dolok adalah kampung yang dilaluinya dari jalan-jalan hutan.
Disinilah Guru Saman menunjukkan kehebatannya dengan
berbuat semena-mena terhadap orang-orang di perkampungan dan
pasar-pasar. Makan dan minum di warung-warung warga tanpa membayar
sepeserpun. Jika warga tidak menuruti segala permintaannya, mereka akan
menjadi korbannya.
Kemudian dari dua perkampungan tersebut Guru Saman melanjutkan
perjalannya menuju Sipahutar melewati SiborongBorong dan Garora. Kedua
tempat persinggahan inipun tidak luput dari aksi brutalnya. Minum tuak
dan makan paganggang sesukanya, dia akan memaksa orang perkampungan
untuk menyediakan makanan meski sudah tidak ada lagi. Jika tidak, dengan
wajah sangar sembari menancapkan belati dengan mengancam – darah
pemilik warung tuakpun menjadi minumannya sebagai pengganti tuak. Bukan
hanya itu, harta dan uang warga juga dia rampok untuk dia hamburkan
diatas meja judi.
Setelah beberapa waktu pergi ke Sipahutar, daerah Tapanuli Utara, dia
lakukan juga pembunuhan kepada seorang pelayan gereja yang bernama Guru
Martin, sekaligus dengan Klara, istri yang sedang berbadan dua.
Pembunuhan dilakukan atas desakan Hermanus, kepala desa Sipahutar dan
bekas murid Guru Saman. Seminggu sebelumnya Hermanus sekeluarga sempat
menyerang Guru Martin saat pasca ibadah gereja. Hermanus merasa
tersinggung karena uang pembangunan gereja yang digunakan selama ini
disinggung tiba-tiba dalam pertemuan itu. Ketersinggungan itu akhirnya
dibawa pulang ke rumah dan menjadi motif kemarahan Guru Saman dan
rencana pembunuhan tepat pada Sabtu malam.
Pembunuhan sadis tersebut yang dilakukan oleh Guru Saman adalah akhir
hidupnya. Setelah warga Sipahutar mengetahui siapa pembunuh Guru Martin,
segera warga pelapor kepada polisi di Tarutung. Guru Saman dan muridnya
itu ditangkap dan diadili. Namun pengadilan memutuskan Guru Saman harus
dihukum gantung. Sebelum dihukum gantung sempat Guru Saman diberi
kesempatan menyampaikan pesan terakhirnya.
Inilah pesan Guru Saman kepada warga yang menyaksikan hukuman tersebut:
“Sejak kecil semua permintaanku harus dipenuhi orangtuaku. Karena itulah
aku selalu meraja lela. Kuharapkan agar orangtua tidak lagi mendidik
anaknya seperti aku. Aku siap dihukum gantung dengan segala
kesalahanku.”
Hukuman gantung itu berlangsung tanpa diketahui Hermanus serta
adik-adiknya karena mereka sudah lebih dulu dimasukkan ke dalam penjara
dengan masa hukuman yang berbeda-beda.
Cerita sejarah Guru Saman sudah pernah diangkat dalam bentu drama dan
operaoleh para seniman-seniman Batak. Ada motivasi yang diambil dari
cerita tersebut diatas yakni tentang sikap orangtua kepada anak-anak
agar tidak memancakan anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar